Minggu, 17 Januari 2016

TAKLUKAN MEA DGN DAYA SAING.

MEA BUKAN MIA
MEA disini bukan si MIA yang anak tetangga di kampungku. Mia sangat cantik, kulitnya kuning bersih, budinya baik serta perawakannya yang serba proprosiaonal. Menjadikan siapa saja yang memandangnya akan terpesona. Jadi tidak mustahil, kalu kedatangan Mia akan ditunggu oleh banyak orang khususnya remaja, beda dengan kedatangan Mea yg membuat gusar banyak orang.

MEA YG BIKIN GUSAR.
MEA disini tentunya bukan nama seorang gadis, namun MEA adalah Masyarakat Ekonomi Asean atau bisa disebut pasar bebas negara negara Asean. Singkatnya, kita bebas masuk negara lain sebagai profesional dan atau usaha begitu juga sebaliknya. Namun sejujurnya belum banyak orang yang tahu arti seutuhnya dari MEA tersebut. Alhasil, sampai saat penulis mengangkat tulisan ini, masih banyak orang yg memperdebatkannya.

Sebagian orang mengatakan bahwa, sejujurnya kita belum siap untuk masuk di era MEA ini. Namun sebagian lain mereka mengatakan kita sudah siap memasukinya. Bahkan dengan lantang mereka mengatakan bahwa bangsa lainlah yang belum siap. Saya tidak tahu apakah ini hanya sebuah kesombongan untuk menutupi rasa ketakutannya atau bukan, saya belum tahu.

Lepas dari pro kontra argumentasi tersebut diatas, mau tidak mau, siap tidak siap,kita sudah harus hidup di tengah tengah era MEA sesuai dengan janji para pemimpin kita. Kita harus bersaing tidak saja dengan bangsa sendiri namun harus bersaing dengan bangsa lain. Meski sebelum ada MEA pun sebenarnya kita sehari hari sudah harus bersaing dengan sesama pekerja, sesama suku, antar suku dan sesama bangsa dalam meniti karier maupun berwira usaha.

DAYA SAING.
Untuk tidak menjadi bangsa yang inferior, oleh karenanya di era MEA ini daya saing akan sangat di butuhkan oleh siapapun, disamping kita harus juga mempunyai knowledge dan experience yang memadai. Belajar dari negara negara yang mempunyai daya saing tinggi, seperti negara SWISS, JEPANG, SINGAPORE dan beberapa negara lain, benang merah keberhasilan dari negara negara tersebut, menurut hemat penulis paling kurang ada 4 (empat) item sifat yang musti ada dengan perincian sebagai berikut:
1. Kerja Keras (rajin & disiplin)
2. Kreativitas (inisiatif & inovatif)
3. Siap Berubah
4. Percaya Diri

Dari negara negara tersebut diatas, ambilah contoh negara disekitar kita saja seperti Singapore dan Jepang. Faktanya mereka tidak mempunyai sumber daya alam seperti Indonesia. Nyatanya kedua negara tersebut bisa memberikan kesejahteraan pada bangsanya. Menurut hemat penulis, rupanya kekurangan tersebut justru membuat mereka berketetapan hati untuk memberdayakan SDMnya atau sumber daya manusianya. Pekerja pekerja mereka terkenal disiplin, ulet, kerja keras, kreatifitas tinggi, mereka patuh pada aturan tanpa harus diawasi sesuai dengan nilai yg dianutnya.

Dari semua level pekerja menyadari kehidupan ini akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Maka mereka menyandarkan kreativitasnya pada falsafah Continuous Improvement . Untuk menjaga agar bisa ajeg dalam berproses maka Jepangpun menggelindingkan roda produksi yang mereka sebut: PDCA (Plan,Do,Check dan Action).

Misalkan tiga poin tersebut diatas telah kita lakukan, tidak kalah penting nya lagi adalah adanya rasa Percaya Diri. Hal tersebut harus mutlak bersemayam disetiap dada para profesional. Betapa hebatnya seseorang kalau tidak mempunyai rasa percaya diri maka semuanya akan menjadi sia sia belaka . Kita tidak perlu rendah diri - misalnya bahasa inggris kita jelek. Karena sebetulnya banyak juga bangsa lain yang tidak menguasai bahasa yang bukan bahasa ibunya itu. Tapi bukan berarti bahasa asing itu tidak penting dan kita boleh tidak belajar selain bahasa ibu.

Perlu diingat bahwa fungsi Daya Saing suatu bangsa biasanya linier dengan kesejahteraan suatu bangsa. Untuk itulah kita harus maksimal dalam mempersiapkan diri, baik itu keahlian / skill maupun kecakapan bahasa asing, terutama inggris. Pengalaman penulis sendiri pernah berinteraksi dengan orang orang Jepun, ternyata banyak juga mereka yang bahasa inggrisnya tidak sebagus yang kita bayangkan, tapi kita harus akui skillnya memang rata rata bagus.

Sebagai penutup, untuk bisa jadi pemenang maka kita harus bermental juara. Bila kita semua masih mempunyai kemauan untuk sukses pasti kita akan menemukan jalan. Untuk itu willingness atau kemauan memang menjadi syarat utama atau kunci agar kita bisa berhasikl di era MEA tersebut. Bila mereka bisa maka kita harus bisa. Ingat semboyan perjuangan yang telah mengakar di hati bangsa kita: Rawe rawe rantas, malang malang putung dan Sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai.

Bravo dan Selamat Bersaing.

Maryono Rahardjo.
Medan Satria - Bekasi
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar