Kamis, 19 November 2009

KISAH BERLIKU DAN JALAN SIMPANG DALAM MERAIH SUKSES.

Kisah berliku  ini  bermula  saat  saya lagi duduk di kelas 6 sekolah  dasar negeri di kampungku. Menjelang  ujian akhir sekolah  dasar, di kelas kami  ada  seorang siswa  pindahan dari sekolah  lain. Selanjutnya  keseharian sekolah  berjalan  normal seperti biasa, namun lambat  laun  akhirnya saya  dan teman-teman sekelas   harus   mengakui  bahwa  anak  baru  tersebut  rupanya  mempunyai  otak  yang  cemerlang  alias sangat  cerdas dibanding  kami semua.

Singkat  cerita, dari hasil  ujian SD yang kami  lakukan,kami semua dinyatakan   lulus  semua tanpa  terkecuali, dan  hanya  dibedakan oleh  nilai  perolehan  saja.  Dengan  nilai  kelulusan  yang  memadai  akhirnya saya bisa diterima  pada  Sekolah  Menengah Pertama Negeri  yang  cukup terpandang di kota  kami, termasuk  teman baru yang saya ceritakan  diatas.  Nah saat di SMP inilah  cerita "paradoks"  teman  saya mulai  nampak, rupanya kecemerlangan  otak  teman  saya  saat di SD begitu  cemerlang,  tidak bisa berlanjut dan berlawanan  dengan kondisi saat  dia  menempuh pendidikan di SMP.

Kala  itu  terus  terang  saya   jadi bingung , kenapa teman  yang  tadinya  saya  kagumi  dan  sangat pintar tersebut , tiba-tiba  jadi  murid  yang  biasa-biasa saja, dan tidak  menunjukan bahwa  dia  adalah  bekas  juara  kelas  di  SD  saya,  dan  puncaknya  adalah  dia ternyata  tidak bisa  lulus pada ujian SMP.  Dari  sejak saat  itulah saya  mulai tidak pernah bertemu lagi dengan teman  yang  saya  maksud diatas , dikarenakan  saya  harus melanjutkan sekolah di kota  lain, dan berlanjut  saya  harus  juga meninggalkan  kota  kelahiran  saya  setelah  tamat  SLTA dan  berlanjut  karena  saya  harus  bekerja  di kota  lain.

Cerita  lain lagi adalah  kisah  dari adik teman  saya , yang saat  itu  bersekolah  disalah  satu SMA  favorit  dii kota  kelahiran saya  di daerah  Jawa Timur. Otak  anak tersebut banyak orang  mengatakan  memang tergolong katagori  sangat  encer dibanding dengan  teman-teman seangkatannya, maka dari itu  tidaklah  mengherankan  kalau  dia selalu  masuk rangking  3 besar di SMA  tersebut.  Atas  perjuangan  kerasnya   selama  di SMA tersebut, akhirnya dia bisa  terpilh  menjadi  salah  satu  siswa  yang  bisa  masuk dalam program PMDK.  Untuk itu  dia  bisa  dan  berhak langsung masuk  kuliah pada  salah  satu  perguruan tinggi  ternama  di Jawa  Barat tanpa  harus mengikuti  test  penyaringan seperti  teman-teman yang  lain, yang harus  bersusah payah yang  masih  harus  mengikuti  test yang  tidak gampang untuk ukuran  kebanyakan  calon mahasiswa. 

Berkat dari  program PMDK tersebut, berangkatlah adik  teman saya  tersebut  ke Jawa Barat  untuk mengikuti  perkuliahan seperti layaknya  mahasiwa  baru lainnya. Saya   bisa  memastikan  pada saat  itu  anak  tersebut  pasti merasa  sangat  bangga yang sangat  ruaarrr biasa, dimana...yang  nota  bene    anak  dari  kampung  kecil  alias  udik  bisa  masuk  perguruan  tinggi  yang  cukup terpandang dan banyak  diperebutkan  oleh  banyak  kalangan calon mahasiswa di  negeri ini.

Semester  pertama berjalan  lancar sesuai  yang  dia  maupun  orang tua  harapkan, semua  nilai  mata kuliah  yang  diambil   mendapatkan  nilai  yang  sangat  memuaskan, begitu juga  semester-semester    berikutnya.  Singkat cerita  pada  saat  berakhirnya  tahun ke tiga ,dimana  harapan semua  keluarga  mulai  terukir  indah  karena akan  adanya  Insinyur  muda  di keluarga mereka  dalam  waktu  yang  tidak  akan  lama lagi, tiba-tiba muncullah  situasi  yang  sebelumnya  tidak  pernah  dibayangkan  bakal  terjadi  baik oleh anak itu sendiri maupun  keluarganya. Rupanya pada  tahun ke tiga ini anak tersebut  mengalami kesulitan  dalam menerima  dan mencerna dari  mata kuliah  yang   dia ikuti.  Ending  dan klimak dari kisah masalah  tersebut    adalah keputusan dari  perguruan tinggi  yang  sangat  mencengangkan  kawan maupun keluarga yaitu   memutuskan   bahwa, dia  dinyatakan  tidak  bisa  lagi meneruskan  pendidikannya di perguruan tinggi tersebut  alias di DO, karena  sangat merosot  kemampuan akademisnya  dan  sudah  tidak memungkinkan  untuk dipertahankan oleh institusi  perguruan tinggi tersebut.

Sampai disini saya  tidak mencari tahu kenapa  mereka   bisa mengalamai  kejadian  seperti itu, namun yang  harus saya  garis bawahi  dari dua  kasus  itu adalah  hanya  mencoba  memahami  sifat  Kuasa  Tuhan yang  harus  kita  yakini.  Fakta   dari  ke dua  kisah  yang  dipaparkan  diatas, memberikan  referensi kuat kepada  saya  untuk semakin  yakin  akan  kebenaran  yang  selama  ini  saya  yakini, bahwa  masing-masing  orang  mempunyai jalan dan  garis  hidup sendiri  yang  tidak  harus  seragam dengan orang lain maupun harus sama  dengan  keinginan  awal  , dimana  semuanya  harus  tunduk sesuai  dengan  "skenario"  NYA.

 Yang  satu dia  cuma hebat saat di SD dan  harus mengalami  kegagalan saat menempuh ujian SLTPnya, sementara  mahasiswa  yang  berbeasiswa tersebut  rupanya  mungkin tidak  tepat  kalau  harus menyandang   gelar  insinyur.  Dimana  menurut  logika  umum seperti  saya ini  pasti mengatakan bahwa  mahasiswa  ini   seharusnya  bisa  menyelesaikan semua  SKS   sesuai  dengan  jumlah  dan waktu  yang  ditetapkan, karena  sejak  awal   dia  adalah  termasuk salah  satu  siswa  pilihan  baik saat dia  masih di tingkat SMP  maupun di tingkat SMA.

Jalan  Simpang.

Sebelum  saya  bertemu dengan  mereka  beberapa tahun yang lalu, sebetulnya pada tahun  kejadian dari kedua kasus   tersebut  diatas, saya  pernah berkesimpulan   bahwa  kedua  orang  tersebut  telah  "habis"  dan  gagal  dalam  merenda  mimpi dalam  jenjang  pendidikan maupun dalam  kehidupan nantinya.  Paham  ini  saya  ikuti, karena terus  terang  saat  itgu  saya  masih  terhanyut dengan  paham  masyarakat kita  yang masih  memberlakukan definisi keberhasilan  tunggal, yaitu seseorang  dikatakan  berhasil  kalau  dia  bisa  menyelesaikan  pendidikannya dengan  baik dan  lancar. Memang  tidak  ada salahnya  dengan paham  dan  argumentasi tersebut, tapi pada  kenyataannya bukankah sebetulnya masih begitu  banyak  disiplin  ilmu lain yang  bisa dipilih, yang   tidak  harus  seragam  dengan  bayak pilihan  orang  dan atau  sama  dengan  pilihan  awalnya. Misalnya kalau  gagal pada  disiplin  A bisa  segera pindah jalur ke disiplin B atau yang lainnya.

Akhir  cerita, rupanya  kepastian yang  harus  mereka terima   tidak  seperti  yang  tergambar dalam  imajinasi  sempit  saya saat  itu. Mereka kenyataanya telah bisa  menjadi  orang yang bisa  meraih sukses juga. Yang  tidak  lulus   SMP saat  itu  bisa  menjadi  pengusaha  sukses  di kota  saya, setelah  dia  merubah  jenjang  pendidikannya  dari SMP pindah SMEP dan  bisa  meneruskan  pada jenjang selanjutnya.  Sementara yang  pernah DO  bisa  menjadi  salah satu  profesional bankir  pada  salah  satu  bank terkenal  di ibukota, karena setelah mengalami  kondisi yang  tidak menyenangkan  tersebut dia  segera banting stir atau  haluan   dan  masuk pada salah satu  institute bank di Jakarta.

Ini  semua bagi  saya  adalah  merupakan sebagai  bukti  bahwa di dunia  ini, bagi  saya  sebetulnya  tidak  ada  kegagalan mutlak.  Dalam  dua kasus ini , yang  terjadi  saat itu bukannya  gagal, melainkan  hanyalah  mereka  sedang  mengalami salah  jalan  dan seyogyanya  harus  segera  memilih   jalan simpang  untuk  bisa meraih  sukses  lain  yang  telah  disiapkan  olehNYA  yang  bisa dipastikan   akan cocok  serta   akan  membawa  manfaat  untuk mereka berdua . Dan  sangat  beruntung  ternyata  mereka  berdua bisa  menangkap  isyarat  itu  dan  menjalaninya  dengan  yakin  dan  penuh upaya.

Manusia lemah  seperti kita  semua  tidak akan pernah  tahu  apalagi bisa   menerka  atas semua  kehendakNYA, oleh karenanya  kita tidak  boleh berhenti   berjuang serta  berharap dalam meniti keberhasilan , sementara  kepastian  dan  kepantasan keberhasilan  tersebut  seharusnya  kita  serahkan saja  pada  Zat Yang Murbeng Dumadi  yaitu  Illahi  Robbi.

 

BRAVO.

BEKASI, medio NOV 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar