Empat tahun lalu, disebuah klinik praktek dokter spesialis , saya bertemu dengan seorang ibu yang saat itu baru saja berkonsultasi dengan dokter gizi, karena sehari sebelumnya dia didiagnosa oleh seorang dokter spesialis penyakit dalam, bahwa dia sekarang positif mengidap penyakit diabetis.
Seperti dalam pengakuannya pada saya , dia sangat kaget sekali mendengar vonis dari dokter internis itu, karena seperti yang telah dia ketahui sendiri lewat berbagai informasi serta ditambah juga banyak orang yang sering mengatakan, bahwa penyakit diabetis tidak bisa disembuhkan, bahkan ada yang mengatakan lebih dari itu bahwa dia akan mengalami penderitaan dalam menjalani sisa kehidupnya. Sejak vonis itu dalam benaknya selalu dibayangi aktivitas kehidupan yang tidak dia sukai diantaranya adalah , saat makan nasinya harus ditimbang karena bagi pengidap diabetis dia tidak boleh makan banyak melebihi takaran.
Dia juga tidak boleh makan sesuatu yang berupa goreng-gorengan, padahal dia sangat menyukai apapun yang serba digoreng, mulai dari tempe goreng, nasi goreng, pisang goreng, ayam goreng , daging goreng maupun gorengan yang paling dia sukai yaitu bebek goreng. Untuk minuman begitu juga rupanya, tak ubahnya bila dibandingkan dengan makanan, dia harus mengatur diri. Minum tidak boleh terlampau manis, gulanya harus hanya sekian miligram. Padahal kebiasaanya selama ini dia paling suka pada minum minuman yang serba manis, seperti kopi manis atau "nastelgi", es campur , es teler maupun minuman – minuman manis yang lain. Jelasnya dia harus membatasi semua apa yang harus dimakan dan diminum , dan yang lebih penting semuanya harus sesuai dengan aturan yang dianjurkan oleh dokter gizi tentunya.
Dimata saya , ibu ini sudah kehilangan "gairah" dalam kehidupannya. Dalam benak si ibu tersebut , saya menduga, seolah dia telah divonis untuk tidak akan bisa berumur panjang lagi seperti yang pernah dia cita-citakan sebelumnya. Padahal , dia ingin sekali bisa melihat langsung bagaimana anak2nya tumbuh dalam menapaki masa-masa remajanya. Malahan dia juga sangat memimpikan bisa menikahkan anak-anaknya serta bisa mengadakan pesta yang meriah dan tentunya pada tempat yang sangat bergengsi di kotanya. Impian yang terdahsyat dan terbesar yang dia katakan pada saat itu adalah, kalau dimungkinkan dia bisa mengalami dan merasakan untuk masa-masa yang menyenangkan sebagai orang tua yaitu bisa bercengkerama dengan anak cucunya kelak kemudian hari.
Sekarang dia merasa bahwa kehidupannya tak ubahnya seperti kisah sandiwara panggung yang sudah mulai membosankankan bahkan dia pernah berfikir kenapa masih diberi kehidupan kalau hanya untuk menikmati sisa hidup yang mengharuskan dia untuk bersahabat dengan kehampaan. Kesimpulan saya, ibu ini telah kehilangan gairah hidup, dia mulai merasa telah mulai ditinggalkan oleh sesuatu yang berbau keindahan walaupun itu hanya sebatas mimpi. Baginya hidupnya telah sampai pada episode terakhir. Padahal kematian serta apapun yang akan terjadi di dunia ini tidak bisa terwujud tanpa adanya campur tangan atau kehendakNYA, dan bukan berdasarkan ramalan maupun judgment seseorang.
Untuk itu, gairah memang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan ini, baik pada kondisi apapun, semisal dalam bercinta, menjalin persahabatan, berorganisasi, bekerja, berkreasi maupun dalam memaknai kehidupan itu sendiri.
Saya dulu disaat masih remaja pernah berpacaran dengan seorang gadis yang menurut saya saat itu dia sangatlah sempurna, dia sangat santun, berbudi dan cantik. Untuk itu jalan apapun saya coba dan tempuh agar bisa mengenal dan sekaligus mendapatkan nya. Berbagai cara saya tempuh, untuk bisa merealisasikan keinginanku. Itu semua bisa saya lakukan karena gairah cinta saya terhadap gadis tersebut sangatlah besar. Karena gairah maka muncul semangat juang yang cukup tinggi untuk memperjuangkan tercapainya keberhasilan. Saya bisa memastikan kalau seandainya pada saat itu tidak ada gairah, maka tidak akan ada perjuangan atau usaha yang bisa mempertemukan saya dan gadis itu dalam jalinan asmara.
Pernah saya melihat disuatu saat sepasang cowok dan cewek saling berbaku hantam kata alias ribut di suatu tempat. Menurut pengakuan si wanita, cowoknya tersebut sudah sering tidak menepati janji dan menyayangi dia lagi seperti waktu-waktu sebelumnya. Setiap si wanita kirim SMS kepada si cowok, si cowok sudah tidak pernah mau lagi membalasnya. Kalau kecolongan dan terlanjur si cewek bisa kontak di Hpnya ,dia hanya menjawab sekenanya alias ogah-ogahan serta sudah tidak ada kata-kata rayuan maupun kata mesra seperti yang pernah dia lakukan selama ini.
Dalam kasus ini saya pribadi berkeyakinan, bahwa dalam drama percintaan tersebut si lelaki sudah kehilangan gairah untuk meneruskan percintaannya dengan si wanita tersebut. Meskipun si wanita masih mempunyai gairah yang sebesar dulu, seperti saat mereka baru mengenalnya dan saat mulai melakukan pacaran. Sekali lagi ini menunjukan kepada kita semua, bahwa yang namanya gairah itu sangatlah menentukan terhadap tumbuh kembangnya cinta atau terlaksananya kehendak seperti yang diidamkan.
Gairah dan kesuksesan kerja.
Begitu juga terhadap kehidupan kita sehari-hari termasuk dalam meniti karier , gairah adalah salah satu prasyarat untuk tercapainya semua dari apa yang kita harapkan. Boleh jadi kita telah mengetahu beberapa prasyarat lain seperti,
- Mempunyai pengetahuan maupun skill kerja
- Punya keinginan maju, siap berubah dan mau bekerja keras
- Dan masih banyak lagi petunjuk-petunjuk sikap yang bisa dijalankan
Namun itu semua rupanya belum memenuhi persyaratan yang sempurna kalau tidak pernah ada kesadaran untuk selalu bisa memelihara gairah yang memadai sesuai kebutuhan. Karena, seperti yang kita ketahui bersama, tidaklah gampang dalam memperjuangkan cita-cita. Itu semua membutuhkan waktu, bisa dalam hitungan hari, minggu, bulan dan atau bahkan tahun. Waktu yang dibutuhkan biasanya relatif berjalan lurus dengan besar kecilnya target. Untuk itu kita semua harus pandai-pandai mengelola gairah kerja agar bisa tidak gampang patah semangat apalagi menyerah ditengah jalan. Karena apa yang kita perjuangkan barangkali atau mungkin memerlukan durasi yang cukup panjang serta membutuhkan kontinyuitas adanya gairah kerja agar kita selalu bisa menciptakan kegairahan kerja disepanjang waktu.
Bila kita tidak bisa selalu menyiapkan kegairahan seperti yang dibutuhkan, hampir dipastikan apa yang diperjuangkan akan tinggal menjadi sebuah kerangka besar yang indah nan apik akan tetapi telah kehilangan roh dan makna. Maka disarankan ambilah gairah yang bukan dari sumber "FOSIL" sehingga bisa di daur ulang dan anda tidak akan kehabisan sumber GAIRAH . Yang pada gilirannya anda selalu akan bisa mendapatkan kegairahan yang cukup dalam kondisi apapun dan akhirnya bisa mendapatkan kesuksesan kerja yang anda idamkan, meskipun itu semua harus meliwati perjalanan yang berliku serta sangat panjang bahkan melelahkan.
Gairah RUPANYA memang penting dan PERLU.
BEKASI NOPEMBER .2009