Jumat, 04 Mei 2012

JADILAH SANG PEMENANG dan BUKAN PECUNDANG:


Demand  versus Supply.

Pada  suatu hari seorang sahabat menjelaskan akronim kata tekad kepada  saya. Disela sela kesibukannya, disuatu  hari dia menjelaskan begini: di era  tahun  delapan puluhan   banyak orang yang mengatakan bahwa  saat itu  mencari kerja di Jakarta  dan sekitarnya bisa dikatakan relatif  masih mudah, baik  kesempatan untuk jenjang lulusan SLA apalagi untuk jenjang yang lebih tinggi.  Tanpa harus bertanya kepada pakar sekalipun buat mendapatkan jawaban tersebut, semua  orang pasti sudah tahu jawabannya, kenapa saat itu situasinya begitu mudah?. Yang  pasti  pada  saat itu  persaingan pemburu kerja tidak sebanyak, sesulit dan  seDAHSYAT sekarang, oleh karena saat itu  situasinya : si_DEMAND (pemburu kerja) lebih kecil dari si_SUPPLY (lowongan kerja), namun kondisi yang ada sekarang adalah  justru   sebaliknya, badan si _DEMAND  lebih  besar  dari  si_SUPPLY.

 

Untuk itu, dampaknya  para pencari kerja baik  yang pemula  maupun  yang  non pemula ( buat mereka-mereka yang ingin mengejar sukses  lebih tinggi) harus  siap  berkompetisi ketat bahkan seketat-ketatnya dengan para kompetitor lainnya. Ringkasnya di era sekarang  persaingan  dalam dunia perburuan lapangan  kerja  maupun dalam berkompetisi untuk menjadi pemenang apapun, seseorang tidak bisa lagi hanya dengan bermodalkan tekad yang biasa-biasa  saja  namun harus mempunyai  dan mengaplikasikan  TEKAD yang ++ ( baca: plus plus).

Binatang apakah  TEKAD ++ itu?.


Kata  TEKAD  banyak diucapkan  oleh banyak orang, namun tidak banyak orang yang bisa memanfaatkan  kata "bertuah" ini secara optimal. Dia memberikan contoh tragis, nasib dari seorang sahabatnya yang sangat memimpikan dan bahkan telah bertekad untuk bisa jadi  seorang pilot handal, namun singkat cerita  sahabat termaksud akhirnya gagal dalam meraih cita-citanya. Usut  punya usut, rupanya ketidak berhasilan usaha tersebut  lantaran tekad dari sang sahabat termaksud hanya berhenti pada tataran motto  semata, tanpa  disertai usaha yang memadai, atau jauh  dari pengamalan  akronim  kata TEKAD itu sendiri, yang oleh temanku akronim tersebut disebutnya sebagai tekad plus-plus.


Menurut teman saya  akronim tekad  mengandung  "mineral kekuatan "yang sangat luar biasa. Lebih dari itu kebertuahannya sudah terbukti  serta  dibenarkan  oleh  adanya testimoni  dari para  peraih sukses atau pemenang yang pernah disampaikan di beberapa  kesempatan, baik itu di media audio visual maupun di media cetak. Kelima makna akronim tersebut sejatinya menurut penulis memang  layak untuk  dicermati, oleh karenanya mari simak uraian tersebut dibawah:

 

1.  TARGET

Agar lebih fokus  dan tidak  melebar kemana-mana, maka cita-cita  atau kehendak itu harus dimasukkan  dalam sebuah bingkai target atau sasaran, yang nantinya  hal tersebut setiap saat  bisa dilihat perkembangannya serta sekaligus bisa sebagai bahan pengingat   atas sasaran awal .  Tanpa  adanya pengingat dan pembatas yang harus  diikuti atau dilaksanakan , maka  sangat dimungkinkan  dalam perjalanan  pencapaian  target atau sasaran tersebut akan terlena  dan bisa berbelok  ke arah yang tidak jelas bahkan akan menjauh  dari target semula , oleh karena adanya halangan atau  hambatan  yang mendera dalam proses perjalanan pencapaian sasaran.

Rumus  keniscayaan yang ada, bila telah terbangun sebuah target, maka bisa dipastikan  disitu telah tersemai  sebuah harapan. Dan pada  giliranya  dengan adanya  harapan maka  otomatis  akan selalu timbul MOTIVASI dan KOMITMEN.  Seperti yang  dipercayai dan dikatakan oleh banyak pakar bahwa motivasi adalah merupakan bahan bakar  paling handal untuk "mesin usaha" seseorang  atau kelompok  dan bahkan bangsa dalam usaha  merealisasikan  TARGET atau sasaran.

 

2.  ETOS KERJA

Kenapa  etos kerja yang harus ditonjolkan  dalam perjalanan  pencapaian  sukses  dari jenis apapun keberhasilan yang  diharapkan?  Sebelum  masuk paparan lebih lanjut tentang  etos kerja, lebih  baik  kita simak  beberapa definisi kata etos  itu sendiri.  Dalam kamus Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya adalah ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Sementara pada Webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika. 

Etika tentu bukan hanya dimiliki oleh bangsa atau rumpun  bangsa  tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika, karena ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja keras, berdisplin tinggi, ulet, menahan diri, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain.

Dari situ, maka muncullah etos kerja Miyamoto Musashi - Jepang, etos kerja Jerman, etos kerja Barat, etos kerja Korea Selatan  serta etos-etos  kerja bangsa-bangsa maju lainnya.   Bila ditelusuri lebih dalam, etos kerja adalah merupakan respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok,  atau masyarakat terhadap kehidupan  yang biasanya akan berbanding lurus dengan keyakinan masing-masing.  Setiap keyakinan tertentu pasti mempunyai sistem nilai tertentu dan oleh  karenanya  setiap orang yang menerima keyakinan tertentu akan berusaha untuk  mengamalkan  nilai –nilai yang diyakininya.   

Maka bisa  disimpulkan  bahwa  membangun etos  kerja  yang baik  seperti  yang sudah  diperlihatkan oleh bangsa lain  itu merupakan  kata  kunci  dan mutlak  untuk  dipunyai  serta  harus  dilakukan  agar  seseorang  bisa  berhasil  atau  menggapai sukses , yang ujungnya agar tidak disebut  hanya sebagai kelompok atau bangsa pecundang.


3.  KEMAMPUAN

Ada  yang  mengatakan  bahwa kemampuan  setiap individu pada dasarnya  paling kurang  akan diwarnai  oleh dua macam kemampuan  yaitu  kemampuan Inteligensia Quotient  (IQ) atau  Hard Skill dan  kemampuan Emotional  Quotient (EQ) atau Soft Skill.  Untuk mengenal  tentang apa itu IQ dan EQ serta apa korelasinya  dengan  kesuksesan  seseorang , dibawah  disampaikan cuplikan tulisan Dita A Andhyini  dari salah satu media, yang sudah dilakukan sedikit editing disana sini untuk menambah  ketajaman  makna dalam penyampaian sebuah  ilustrasi  yang berhubungan   dengan  kehidupan  dunia kerja.

Apa sih perbedaan antara soft skill dan hard skill?
Pada soft skill, yang lebih ditekankan adalah EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosional. Soft skill merupakan kemampuan yang umum dan tidak terpaku pada suatu bidang tertentu.  Soft skill bersifat invisible atau tidak dapat dilihat secara langsung, misalnya kemampuan seseorang dalam memimpin dan pandai dalam bergaul.

Sedangkan pada hard skill, yang lebih ditekankan adalah IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual. Hard skill merupakan kemampuan seseorang yang memiliki fokus pada bidang tertentu. Hard skill bersifat visible atau dapat dilihat secara langsung oleh orang lain apakah seseorang memiliki kemampuan di bidangnya atau tidak, misalnya kemampuan seorang  auditor  dalam melakukan audit keuangan perusahaan.

Lantas  apa keterkaitan antara soft skill dan hard skill dalam dunia kerja?
Soft skill dan hard skill merupakan 2 hal yang saling melengkapi. Kita tidak dapat hanya mengandalkan salah satu dari soft skill atau hard skill, sebab dalam dunia kerja soft skill dibutuhkan untuk menunjang hard skill seseorang. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kemampuan bidang hukum, teknik  maupun keuangan tidak akan pernah sukses hebat jika  seseorang  itu tidak mengembangkan soft skill seperti kemampuan dalam berkomunikasi, membangun relasi / networking , atau kerja sama dengan Client.

Soft skill apa saja yang biasanya dibutuhkan oleh suatu perusahaan?
Soft skill yang dibutuhkan dalam dunia kerja /perusahaan diantaranya : bertanggung jawab, membangun relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan, berkreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin, membangun kerja sama, manajemen waktu, kejujuran, mengelola sumber daya dan lain-lain.

Kemampuan  yang perlu dipertimbangkan dan direnungkan.

Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa "kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional (EQ)". Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, dan EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya, bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.

Ringkasnya,  bila menggaris bawahi tulisan pak Daniel Golemen tersebut diatas, mempunyai kemampuan  hard skill yang tinggi saja tidaklah  cukup untuk membangun sebuah effort  yang efektif dalam pencapaian sukses  , namun haruslah dipadu  dengan kemampuan soft skill yang memadai. 

Bila tidak, mereka yang mempunyai hard skill (IQ) tinggi  namun soft skill(EQ)nya rendah, mereka  hanya akan menjadi orang yang ber-ego nan  tinggi  yang selanjutnya serta biasanya  akan tampak  oleh banyak orang  hanya  akan sebagai "orang gila" kerana tak acuh  terhadap  lingkungan yang mengitarinya.


4.  AKTUALISASI

Sebagian  pendapat mengartikan  aktualisasi diri  adalah  sama sebangun dengan  kata eksistensi atau keberadaan.  Tentu yang dimaksud  disini adalah bukan hanya sekedar ada namun  lebih dari itu adalah suatu keberadaan yang kehadirannya bisa diterima, ditunggu dan diperhitungkan  oleh seseorang, kelompok atau  lingkungan yang lebih besar.  Biasanya ciri-ciri  orang  yang  telah berhasil mengaktualisasikan diri  kebanyakan  dari mereka disetiap harinya  adalah  kinerja nya selalu diwarnai setidaknya  oleh  dua sifat, pertama adalah sifat realiable atau bisa diandalkan

Sifat  ini  biasanya  seseorang  akan berdisiplin tinggi,  seringkali mengambil tugas  lebih dari sekedar job des yang telah diberikan , tidak pernah mengeluh atas tugas-tugasnya  serta tidak  akan pernah mau menyerah.  Sifat  yang kedua adalah  sifat  Inovative, mereka selalu suka  bereksperimen   atau tak henti-hentinya  selalu mencoba  sesuatu yang  baru  guna  mendapatkan  kinerja  yang optimal.  Bagi mereka  kemapanan  yang ada  bukanlah titik akhir yang perlu disakralkan , namun  bisa diartikan  lain yaitu merupakan  pijakan awal untuk melakukan  perubahan-perubahan   demi terciptanya kemapanan berikutnya, dan begitu seterusnya.


5.  DAYA TARIK

Daya tarik adalah  merupakan supplemen  yang sangat penting terhadap  pertumbuhan  kinerja seseorang  dan akan  sangat menentukan  terhadap kelancaran  serta kecepatan waktu  yang dibutuhkan  oleh seseorang  guna pencapaian  sebuah sukses.  Adapun  daya  tarik yang dimaksud tersebut paling kurang  ada tiga sifat  yang  harus dipunyai, ketiga sifat tersebut  adalah terdiri dari : pertama sifat  yang Adaptive atau mudah menyesuaikan diri , kedua sifat  Communicative  atau mudah dan lancar berkomunikasi  dan ketiga adalah  sifat Provokative  yaitu  mempunyai  daya kemampuan yang cukup  dalam memberikan   pengaruh  terhadap orang lain dalam menyampaikan  ide atau gagasannya.

Namun begitu  janganlah  diremehkan faktor penampilan phisik anda, dimana  hal tersebut sering dikecilkan oleh banyak orang yang sok pede.  Padahal kenyataannnya  tidak bisa dipungkiri bahwa penampilan phisik   yang tidak SAL-TUM bisa membentuk kepercayaan diri seseorang.  Memang  betul, penampilan luar memang bukan segalanya, namun setidaknya ada usaha yang memadai agar bisa selalu tampak menarik, karena banyak pakar yang mengatakan bahwa, efek penampilan luar yang menarik  akan  dapat mendatangkan  positif first image,meskipun   seseorang  tidak melakukan  tindakan  apapun, karena telah  dapat mendatangkan  rasa simpatik  lewat KLIK  penglihatan dari orang dan atau kelompok lain.

Mencoba  menyimpulkan  dari seluruh penuturan  teman tersebut diatas  maka kita semua pasti sepakat  bahwa betapa  hebatnya pengaruh  yang akan bisa diperoleh, bila semua  dari apa yang  saya , dia dan  anda  impikan dan harapkan bisa diperjuangkan dengan  TEKAD++  (baca: plus-plus), artinya  dalam memperjuangkan sesuatu meski sudah ada modal   tekad  harus pula  disertai dengan pengamalan  akronim yang disebutkan diatas  " agar kita semua  bisa langsung menjadi  sang PEMENANG  dan bukannya sang PECUNDANG".

 

BRAVO & SALAM SUKSES.

Awal Mei 2012, Medan Satria, Kota Bekasi

JAWA BARAT - INDONESIA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar