Demand versus Supply.
Pada suatu hari seorang sahabat menjelaskan akronim kata tekad kepada saya. Disela sela kesibukannya, disuatu hari dia menjelaskan begini: di era tahun delapan puluhan banyak orang yang mengatakan bahwa saat itu mencari kerja di Jakarta dan sekitarnya bisa dikatakan relatif masih mudah, baik kesempatan untuk jenjang lulusan SLA apalagi untuk jenjang yang lebih tinggi. Tanpa harus bertanya kepada pakar sekalipun buat mendapatkan jawaban tersebut, semua orang pasti sudah tahu jawabannya, kenapa saat itu situasinya begitu mudah?. Yang pasti pada saat itu persaingan pemburu kerja tidak sebanyak, sesulit dan seDAHSYAT sekarang, oleh karena saat itu situasinya : si_DEMAND (pemburu kerja) lebih kecil dari si_SUPPLY (lowongan kerja), namun kondisi yang ada sekarang adalah justru sebaliknya, badan si _DEMAND lebih besar dari si_SUPPLY.
Untuk itu, dampaknya para pencari kerja baik yang pemula maupun yang non pemula ( buat mereka-mereka yang ingin mengejar sukses lebih tinggi) harus siap berkompetisi ketat bahkan seketat-ketatnya dengan para kompetitor lainnya. Ringkasnya di era sekarang persaingan dalam dunia perburuan lapangan kerja maupun dalam berkompetisi untuk menjadi pemenang apapun, seseorang tidak bisa lagi hanya dengan bermodalkan tekad yang biasa-biasa saja namun harus mempunyai dan mengaplikasikan TEKAD yang ++ ( baca: plus plus).
Binatang apakah TEKAD ++ itu?.
Kata TEKAD banyak diucapkan oleh banyak orang, namun tidak banyak orang yang bisa memanfaatkan kata "bertuah" ini secara optimal. Dia memberikan contoh tragis, nasib dari seorang sahabatnya yang sangat memimpikan dan bahkan telah bertekad untuk bisa jadi seorang pilot handal, namun singkat cerita sahabat termaksud akhirnya gagal dalam meraih cita-citanya. Usut punya usut, rupanya ketidak berhasilan usaha tersebut lantaran tekad dari sang sahabat termaksud hanya berhenti pada tataran motto semata, tanpa disertai usaha yang memadai, atau jauh dari pengamalan akronim kata TEKAD itu sendiri, yang oleh temanku akronim tersebut disebutnya sebagai tekad plus-plus.
Menurut teman saya akronim tekad mengandung "mineral kekuatan "yang sangat luar biasa. Lebih dari itu kebertuahannya sudah terbukti serta dibenarkan oleh adanya testimoni dari para peraih sukses atau pemenang yang pernah disampaikan di beberapa kesempatan, baik itu di media audio visual maupun di media cetak. Kelima makna akronim tersebut sejatinya menurut penulis memang layak untuk dicermati, oleh karenanya mari simak uraian tersebut dibawah:
1. TARGET
Agar lebih fokus dan tidak melebar kemana-mana, maka cita-cita atau kehendak itu harus dimasukkan dalam sebuah bingkai target atau sasaran, yang nantinya hal tersebut setiap saat bisa dilihat perkembangannya serta sekaligus bisa sebagai bahan pengingat atas sasaran awal . Tanpa adanya pengingat dan pembatas yang harus diikuti atau dilaksanakan , maka sangat dimungkinkan dalam perjalanan pencapaian target atau sasaran tersebut akan terlena dan bisa berbelok ke arah yang tidak jelas bahkan akan menjauh dari target semula , oleh karena adanya halangan atau hambatan yang mendera dalam proses perjalanan pencapaian sasaran.
Rumus keniscayaan yang ada, bila telah terbangun sebuah target, maka bisa dipastikan disitu telah tersemai sebuah harapan. Dan pada giliranya dengan adanya harapan maka otomatis akan selalu timbul MOTIVASI dan KOMITMEN. Seperti yang dipercayai dan dikatakan oleh banyak pakar bahwa motivasi adalah merupakan bahan bakar paling handal untuk "mesin usaha" seseorang atau kelompok dan bahkan bangsa dalam usaha merealisasikan TARGET atau sasaran.
2. ETOS KERJA
Kenapa etos kerja yang harus ditonjolkan dalam perjalanan pencapaian sukses dari jenis apapun keberhasilan yang diharapkan? Sebelum masuk paparan lebih lanjut tentang etos kerja, lebih baik kita simak beberapa definisi kata etos itu sendiri. Dalam kamus Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya adalah ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Sementara pada Webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika.
Etika tentu bukan hanya dimiliki oleh bangsa atau rumpun bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika, karena ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja keras, berdisplin tinggi, ulet, menahan diri, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain.
Dari situ, maka muncullah etos kerja Miyamoto Musashi - Jepang, etos kerja Jerman, etos kerja Barat, etos kerja Korea Selatan serta etos-etos kerja bangsa-bangsa maju lainnya. Bila ditelusuri lebih dalam, etos kerja adalah merupakan respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau masyarakat terhadap kehidupan yang biasanya akan berbanding lurus dengan keyakinan masing-masing. Setiap keyakinan tertentu pasti mempunyai sistem nilai tertentu dan oleh karenanya setiap orang yang menerima keyakinan tertentu akan berusaha untuk mengamalkan nilai –nilai yang diyakininya.
Maka bisa disimpulkan bahwa membangun etos kerja yang baik seperti yang sudah diperlihatkan oleh bangsa lain itu merupakan kata kunci dan mutlak untuk dipunyai serta harus dilakukan agar seseorang bisa berhasil atau menggapai sukses , yang ujungnya agar tidak disebut hanya sebagai kelompok atau bangsa pecundang.
3. KEMAMPUAN
Ada yang mengatakan bahwa kemampuan setiap individu pada dasarnya paling kurang akan diwarnai oleh dua macam kemampuan yaitu kemampuan Inteligensia Quotient (IQ) atau Hard Skill dan kemampuan Emotional Quotient (EQ) atau Soft Skill. Untuk mengenal tentang apa itu IQ dan EQ serta apa korelasinya dengan kesuksesan seseorang , dibawah disampaikan cuplikan tulisan Dita A Andhyini dari salah satu media, yang sudah dilakukan sedikit editing disana sini untuk menambah ketajaman makna dalam penyampaian sebuah ilustrasi yang berhubungan dengan kehidupan dunia kerja.
Apa sih perbedaan antara soft skill dan hard skill?
Pada soft skill, yang lebih ditekankan adalah EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosional. Soft skill merupakan kemampuan yang umum dan tidak terpaku pada suatu bidang tertentu. Soft skill bersifat invisible atau tidak dapat dilihat secara langsung, misalnya kemampuan seseorang dalam memimpin dan pandai dalam bergaul.
Sedangkan pada hard skill, yang lebih ditekankan adalah IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual. Hard skill merupakan kemampuan seseorang yang memiliki fokus pada bidang tertentu. Hard skill bersifat visible atau dapat dilihat secara langsung oleh orang lain apakah seseorang memiliki kemampuan di bidangnya atau tidak, misalnya kemampuan seorang auditor dalam melakukan audit keuangan perusahaan.
Lantas apa keterkaitan antara soft skill dan hard skill dalam dunia kerja?
Soft skill dan hard skill merupakan 2 hal yang saling melengkapi. Kita tidak dapat hanya mengandalkan salah satu dari soft skill atau hard skill, sebab dalam dunia kerja soft skill dibutuhkan untuk menunjang hard skill seseorang. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kemampuan bidang hukum, teknik maupun keuangan tidak akan pernah sukses hebat jika seseorang itu tidak mengembangkan soft skill seperti kemampuan dalam berkomunikasi, membangun relasi / networking , atau kerja sama dengan Client.
Soft skill apa saja yang biasanya dibutuhkan oleh suatu perusahaan?
Soft skill yang dibutuhkan dalam dunia kerja /perusahaan diantaranya : bertanggung jawab, membangun relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan, berkreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin, membangun kerja sama, manajemen waktu, kejujuran, mengelola sumber daya dan lain-lain.
Kemampuan yang perlu dipertimbangkan dan direnungkan.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa "kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional (EQ)". Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, dan EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya, bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Ringkasnya, bila menggaris bawahi tulisan pak Daniel Golemen tersebut diatas, mempunyai kemampuan hard skill yang tinggi saja tidaklah cukup untuk membangun sebuah effort yang efektif dalam pencapaian sukses , namun haruslah dipadu dengan kemampuan soft skill yang memadai.
Bila tidak, mereka yang mempunyai hard skill (IQ) tinggi namun soft skill(EQ)nya rendah, mereka hanya akan menjadi orang yang ber-ego nan tinggi yang selanjutnya serta biasanya akan tampak oleh banyak orang hanya akan sebagai "orang gila" kerana tak acuh terhadap lingkungan yang mengitarinya.
4. AKTUALISASI
Sebagian pendapat mengartikan aktualisasi diri adalah sama sebangun dengan kata eksistensi atau keberadaan. Tentu yang dimaksud disini adalah bukan hanya sekedar ada namun lebih dari itu adalah suatu keberadaan yang kehadirannya bisa diterima, ditunggu dan diperhitungkan oleh seseorang, kelompok atau lingkungan yang lebih besar. Biasanya ciri-ciri orang yang telah berhasil mengaktualisasikan diri kebanyakan dari mereka disetiap harinya adalah kinerja nya selalu diwarnai setidaknya oleh dua sifat, pertama adalah sifat realiable atau bisa diandalkan.
Sifat ini biasanya seseorang akan berdisiplin tinggi, seringkali mengambil tugas lebih dari sekedar job des yang telah diberikan , tidak pernah mengeluh atas tugas-tugasnya serta tidak akan pernah mau menyerah. Sifat yang kedua adalah sifat Inovative, mereka selalu suka bereksperimen atau tak henti-hentinya selalu mencoba sesuatu yang baru guna mendapatkan kinerja yang optimal. Bagi mereka kemapanan yang ada bukanlah titik akhir yang perlu disakralkan , namun bisa diartikan lain yaitu merupakan pijakan awal untuk melakukan perubahan-perubahan demi terciptanya kemapanan berikutnya, dan begitu seterusnya.
5. DAYA TARIK
Daya tarik adalah merupakan supplemen yang sangat penting terhadap pertumbuhan kinerja seseorang dan akan sangat menentukan terhadap kelancaran serta kecepatan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang guna pencapaian sebuah sukses. Adapun daya tarik yang dimaksud tersebut paling kurang ada tiga sifat yang harus dipunyai, ketiga sifat tersebut adalah terdiri dari : pertama sifat yang Adaptive atau mudah menyesuaikan diri , kedua sifat Communicative atau mudah dan lancar berkomunikasi dan ketiga adalah sifat Provokative yaitu mempunyai daya kemampuan yang cukup dalam memberikan pengaruh terhadap orang lain dalam menyampaikan ide atau gagasannya.
Namun begitu janganlah diremehkan faktor penampilan phisik anda, dimana hal tersebut sering dikecilkan oleh banyak orang yang sok pede. Padahal kenyataannnya tidak bisa dipungkiri bahwa penampilan phisik yang tidak SAL-TUM bisa membentuk kepercayaan diri seseorang. Memang betul, penampilan luar memang bukan segalanya, namun setidaknya ada usaha yang memadai agar bisa selalu tampak menarik, karena banyak pakar yang mengatakan bahwa, efek penampilan luar yang menarik akan dapat mendatangkan positif first image,meskipun seseorang tidak melakukan tindakan apapun, karena telah dapat mendatangkan rasa simpatik lewat KLIK penglihatan dari orang dan atau kelompok lain.
Mencoba menyimpulkan dari seluruh penuturan teman tersebut diatas maka kita semua pasti sepakat bahwa betapa hebatnya pengaruh yang akan bisa diperoleh, bila semua dari apa yang saya , dia dan anda impikan dan harapkan bisa diperjuangkan dengan TEKAD++ (baca: plus-plus), artinya dalam memperjuangkan sesuatu meski sudah ada modal tekad harus pula disertai dengan pengamalan akronim yang disebutkan diatas " agar kita semua bisa langsung menjadi sang PEMENANG dan bukannya sang PECUNDANG".
BRAVO & SALAM SUKSES.
Awal Mei 2012, Medan Satria, Kota Bekasi
JAWA BARAT - INDONESIA