Bob Nelson, dalam bukunya 1001 Ways to take Initiative At Work menulis berbagai cara untuk memahami, memulai dan membuat inisiatif dalam dunia kerja. Tak kurang dalam mukadimah bukunya dia mencoba menulis untaian kalimat – kalimat indah yang terangkai seperti dibawah.
Kesalahan terbesar dalam kehidupan ini adalah jika berfikir bahwa anda bekerja untuk orang lain. Benar, mungkin anda memiliki seorang atasan dan anda mendapat gaji dari perusahaan tempat anda bekerja tapi, pada akhirnya, andalah orang yang menentukan nasib anda sendiri. Andalah yang memutuskan potensi apa yang anda raih dalam karir dan apa yang pada akhirnya anda capai dalam kehidupan.
Tanpa memandang dimana, apa pekerjaan dan kepada siapa anda bekerja, anda bisa membuat perubahan. Secara khusus, prinsip ini berlaku ditempat anda bekerja. Setiap hari anda memiliki kesempatan untuk menjadi karyawan terbaik, karyawan nomer satu dan karyawan istimewa. Anda dapat membuat saran-saran demi perbaikan suatu produk atau jasa atau memberi pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan anda. Anda bisa mengidentifikasi suatu peluang untuk menghemat uang perusahaan atau mewujudkan satu gagasan atau inovasi baru. Anda bisa membantu mitra kerja anda bagaimana melakukan pekerjaannya dengan lebih baik lagi atau belajar satu ketrampilan baru yang bisa bermanfaat untuk menemani sisa hidup anda.
Ini semua membutuhkan inisiatif yaitu untuk mengambil tindakan guna menuntaskan suatu pekerjaan tanpa harus menunggu atasan memerintahkan kepada anda untuk menyelesaikannya atau kapan dan bagaimana cara untuk melakukannya.
Tentang inisiatif.
Tidak perduli mereka mengetahui atau tidak, setiap manajer selalu mengharapkan bahwa setiap karyawan bebas berpatisipasi dan urun rembug, seperti halnya setiap karyawan menginginkan dirinya dihormati, dipercayai dan dinilai atas peran mereka dalam gambar besar kredo perusahaan.
Lantaran tak seorangpun memiliki semua jawaban dan tak seorang manajerpun memahami suatu pekerjaan secara detail selain karyawan yang memegang pekerjaan itu, maka tidak ada keharusan untuk atasan boleh mendiktenya.
Jadi andalkan diri anda sendiri, disini dan sekarang ini, bahwa anda tidak akan melepaskan sebuah peluang begitu saja, dimana anda bisa membuat perbaikan, atau menghemat uang perusahaan, atau melayani konsumen dengan lebih baik, tanpa urun rembug atau mengajukan usul.
Adapun hasilnya nanti, ini adalah tugas anda, tidak semata-mata untuk kepentingan perusahaan anda, tapi juga demi kepentingan anda sendiri.
Mimpikan mimpi-mimpi besar, dan lecutlah diri anda ke standard yang lebih tinggi. Jangan takut mengatakan yang ada dalam pikiran anda, jika anda benar percaya itu semua akan mendatangkan kebaikan. Di tangan andalah kunci bagi masa depan anda sendiri. Bangunlah masa depan sebagaimana yang anda inginkan dan jangan biarkan siapapun menentukan masa depan anda.
Begitulah rangkuman hasil baca tentang INISIATIF yang pernah saya dapatkan dari salah satu risalah yang pernah ditulis oleh jd'lwejwe;fkjwe;fjk, yang telah saya edit dan tambahkan disana-sini, dan ini menurut saya lho.... untuk menambah gurihnya kalimat – kalimat yang ada tanpa mengurangi esensi secara keseluruhan.
Membingkai inisiatif.
Inisiatif adalah roh yang bisa menggerakkan semangat kita dalam bekerja untuk mendapatkan nilai lebih, mendewasakan cara berfikir serta yang bisa mengantar kita untuk bisa memberikan sesuatu lebih dari yang diharapkan pelanggan. Hasilnya bisa kita analogikan dengan, seberapa besar daya pantul yang akan dan bisa ditimbulkan, niscaya akan bergerak linier dengan seberapa besar tenaga yang anda berikan saat melempar bola inisiatif ke dinding kerja, layaknya dalam permainan SQUASH.
Berdasarkan pengalaman penulis, keniscayaan ini akan berlaku dan diberlakukan dalam segala kondisi tidak hanya dalam permainan tersebut diatas, namun juga berlaku dalam kehidupan kerja kita sehari-hari, maka seberapa sering serta seberapa besar sesuatu yang anda perbuat, akan menentukan seberapa besar sesuatu yang akan anda dapat.
Apakah rumus empiris yang pernah didapatkan oleh banyak orang ini masih berlaku dalam keseharian kita sekarang, maka cobalah anda membangun kebiasaan berinisiatif dalam berkarya, agar bisa anda masuk dan berdiri paling depan dalam baris antrian agar bisa segera mendapatkan serpihan-serpihan mozaik sukses yang nantinya anda dapat rangkai dan membingkainya dalam sebuah kesuksesan.
Teka teki terakhir yang tidak kita ketahui adalah waktu dan tempat kapan kita akan mendapatkan itu semua ,oleh karenanya kita harus selalu merintis disetiap hembusan nafas. Mengingat pada hakikatnya kita semua hanyalah para pemeran yang kini sedang menunggu adegan yang musti dan kudu dilakonkan sesuai skenarioNYA.
Bekasi, Medio Januari, 2010.